Minggu, 29 November 2009

PENDEKATAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW

PENDEKATAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
Oleh : Shohib
A. PENDAHULUAN
Agama Islam adalah agama dakwah baik secara teoritis maupun praktis. Agama dakwah adalah agama yang megharuskan pemeluknya untuk menyampaikan ajaran agama terebut kepada orang lain, bahkan kepada seluruh umat manusia. Pembagian agama dakwah dan non dakwah pertama kali dikemukakan oleh prof. Max Muller. Agama Islam, Kristen dan Budha digolongkan sebagai agama dakwah, sementara Yahudi, Brahma dan Zoroaster termasuk agama non dakwah. Sebagai agama dakwah, kedudukan Islam melebihi agama –agama dakwah yang lain hal ini merupakan klaim Islam sendiri sebagai agama wahyu terakhir dan agama penyempurna ( reformasi definitive ) dari agama-agama sebelumnya terutama agama Yahudi dan Nasrani.
Menurut B.J Boland menegaskan dakwah pada dasarnya mengandung pengertian islamisasi menyeluruh terhadap masyarakat. “ That da’wah meant the propagation of Islam not only by preaching and publications, but also by deed and activities in all areas of social life, in other word that da’wah had to be comprehensive Islamization of society “ . Dakwah berarti seruan Islam bukan hanya ceramah dan publikasi tetapi meliputi seluruh aktifitas kehidupan masyarakat, dengan kata lain dakwah berarti islamisasi menyeluruh terhadap masyarakat.
Berdasarkan ayat al-Qur’an ( Q.S. al-Syura : 15; Q.S an-Nahl :125; Q.S. Fushilat: 33 ), bahwa dakwah bukan hanya keharusan melainkan tugas terbesar kaum muslimin yang mesti ditunaikan. Oleh sebab itu dapat difahamai jika semangat untuk mendakwahkan ajaran Islam terus tertanam pada jiwa setiap muslim sejati. Bahkan cita-cita muslim adalah menjadikan manusia dalam kehidupan Islam dalam semua aspeknya baik teologi, hukum, maupun akhlak dapat diterima menjadi system hidup seluruh umat manusia.
Kenyataan tersebut menjadikan dakwah sebagai inti dari ajaran Islam karena eksistensi Islam di muka bumi berbanding lurus dengan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh penganutnya. Penyebaran Islam ke seluruh dunia tidak terlepas dari aktifitas dakwah sejak zaman Rasulullah SAW hingga saat ini. Nabi Muhammad SAW sendiri telah melaksanakan dakwah sebaik-baiknya sejak beliau menerima risalah Islam hingga akhir hayatnya. Dengan demikian beliau adalah da’i pertama dalam Islam. Selanjutnya para sahabat beliau melanjutkan dakwahnya sepenuh hati berkat pemahaman yang mendalam serta petunjuk dari sunah Rasul itu sendiri.
Keberhasilan dakwah sendiri tidak terlaepas dari keberhasilan da’i pertama yaitu Rasulullah dalam menyampaikan risalahnya. Dalam berdakwah beliau menggunakan teknik, cara, metode serta pendekatan-pendekatan yang efektif dan efesien. Hal ini sejalan dengan ungkapan ‘at-tariqotu ahammu min maddah’ teknik, cara, metode atau pendekatan lebih penting dari materi itu sendiri. Dalam dakwah meskipun yang disampaikan hanya satu ayat tetapi melalui pendekatan pendekatan yang sesuai dengan kondisi mad’u maka dakwah akan berjalan mangkus dan sangkil sebagaimana yang dipraktekan oleh Rasulullah.
Hal ini mengisyaratkan materi dakwah bukanlah segala-galanya bagi seorang da’i. Sejatinya persyaratan utama dan pertama bagi seorang da’i adalah kesediaan untuk berjuang, ketulusan berbakti dan ketepatan metode serta pendekatan dalam menjabarkan pesan-pesan Ilahi dalam realitas sosial. Pendekatan dakwah ( Preaching Approach ) yang dilakukan Nabi muhammad SAW diantaranya pendekatan personal( Manhaj al-Sirri ), pendidikan ( Manhaj al-Ta’lim ), penawaran ( Manhaj al-Ardh ), misi ( Manhaj al-Bi’tsah ), korespondensi ( Manhaj al-Mukatabah ) serta pendekatan diskusi ( Manhaj al-Mujadalah ).

BAB II
PENDEKATAN DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW
A. Pendekatan Personal ( Sirri )

Pendekatan ini dilakukan dengan cara face to face individual antara da’i dan mad’u bertatap muka langsung sehingga reaksi yang timbul akan segera diketahui. Pendekatan ini dilakukan Rasulullah pada fase dakwah sirriyah ( dakwah secara rahasia ) meskipun demikian dakwah personal ini masih relevan diterapkan pada saat ini bahkan hingga akhir masa. Hal ini disebabakan pendekatan personal memiliki keterkaitan batin serta interaksi emosional antara da’i dan mad’u.
Pendekatan personal merupakan pertama kali dilakukan Nabi setelah menerima wahyu kepada orang orang terdekatnya. Hal ini dilakukan karena pada saat itu untuk mengantisipasi pengikut Nabi masih sedikit serta resistensi kaum Quraisy yang keras. Dakwah personal ini dilakukan Nabi selama tiga tahun, diantara yang beriman pada saat itu adalah Khadijah binti Khuwalid, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Harits, Abu Bakar as-Shidiq, Utsman bin Affan, Zubair al-Arqam dan lain sebaginya.
Pendekatan personal ini dilakukan Rasullullah pada masa awal ketika ketika dakwah belum dimungkinkan dilaksanakan secara terbuka. Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan Rasululullah bukan karena beliau takut melainkan merupakan strategi jitu yang dilakukan oleh Rasul. Hal ini disebabkan Rasulullah selalu dibimbing oleh wahyu termasuk untuk melaksanakan dakwah personal. Pendekatan dakwah ini dilandasi juga ketika umat Islam pada saat itu belum kuat dan masih sedikit. Melalui pendekatan ini da’i langsung membimbing ke mad’u sehingga keimanan mad’u bertambah mantap. Permasalahan keagaman dapat langsung dipecahkan secara seketika.
Dengan pendekatan personal ini Nabi SAW telah menggabungkan antara ikhtiar dan tawakal. Dari sini pula dapat dipetik hikmah bahwa dalam berdakwah harus memperhatikan situasi dan kondisi, kapan dakwah dilaksanakan secara sembunyi dan kapan dakwah dilaksanakan secara terbuka disinilah letak keluwesan dakwah. Da’i dituntut harus panda’i membaca situasi serta memahami kondisi untuk menerapkan dakwahnya.

B. Pendekatan Pendidikan ( Taklim )

Dakwah melaui pendekatan pendidikan telah dilakukan Nabi pada masa-masa awal berbarengan dengan dakwah Sirri seperti dilakukan di rumah Abu al-Arqom. Pada saat Nabi di Makkah pendidikan seperti di Bait al-Arqom belum diorganisir secara maksimal, hal ini disebabkan belum berkembangnya pendidikan karena faktor keamanan. Ketika Nabi hijrah ke Madinah barulah pendidikan berkembang dan diorganisir secara sempurna. Adapun sistem pendidikan yang dikembangkan Nabi adalah sistem kaderisasi dengan membina para sahabat. Kemudian para sahabat mengembangkannya ke seluruh dunia. Mulai dari Khulafaurasyidin kemudian generasi berikutnya. Dimulai dari pembinaan dan kaderisasi di Makkah yang agak terbatas kemudian ke Madinah dengan membentuk komunitas muslim ditengah-tengah masyarakat Madinah yang cukup heterogen. Tempat-tempat yang dijadikan sebagai tempat untuk mendidik para sahabat baik di Makah maupun di Madinah yaitu : Dar-al-Arqom, Rumah Nabi, al-Shuffah, Dar-al-Qurra, Kuttab, Masjid, dan Rumah para sahabat.
1. Dar al-Arqam ( Rumah al-Arqam )
Pada saat Nabi SAW melaksanakan dakwah sirriyah selama tiga tahun di Makkah, terdapat tiga puluh pemeluk Islam.Hal ini menjadi landasan Nabi untuk melaksanakan dakwah melalui pendidikan meskipun masih rahasia. Tempat yang digunakan pertama kali ádalah rumah Abu Arqam. Ia sendiri sebenarnya bernama al-Arqam bin Abu Manaf, karena abu Manaf dikenal dengan nama Abu al-Arqam, maka al-Arqam kemudian lazim dipanggil al-Arqam bin al-Arqam. Letak rumah tersebut antara kaki bukit Shafa dan tidak jauh dari Ka’bah. Mungkin hal ini yang melandasi Nabi melakukan pendidikan di rumah tersebut disamping tentunya factor keamanan.
Di tempat tersebut Umar bin Khatab memeluk Islam pada tahun ke enam keRasulan. KeIslaman Umar disambut gembira oleh Nabi dan para sahabat sehingga dijadikan momentum untuk berdakwah secara terbuka. Masuk Islamnya Umar menambah kekuatan kaum Muslimin karena pada saat Umar memeluk Islam diikuti pula sahabat lain sehingga yang mengucapkan Syahadat pada saat itu kurang lebih empat puluh orang
Patut dicatat pula pendekatan pendidikan di rumah al-Arqam memiliki kemiripan dengan model pendidikan pesantren. Pesantren di Indonesia memiliki tiga komponen yaitu ; pengajar, santri dan masjid. Di Dar al-Arqam ada Nabi sebagai pendidik, ada sahabat sebagai santri dan masjid al-Haram tempat ibadah. Hal ini dapat dikatakan Dar al-Arqam sebagai pesantren pertama dalam Islam sehingga rumah Al-arqam disebut pula Dar al-Islam, membuktikan bahwa rumah tersebut sebagai lembaga pendidikan Islam pada masanya.

2. Rumah Nabi SAW
Masuknya Umar bin Khatab menjadi muslim menjadikan titik tolak Nabi untuk berdakwah secara terbuka sehingga pendidikan yang dilakukan di rumah al-Arqam pun dipindahkan ke rumah Nabi. Ada dua pendapat mengenai rumah Nabi yang dijadikan tempat pendidikan apakah rumah ketika Nabi dilahirkan atau ketika Nabi telah menikah dengan Khadijah. Apabila rumah yang dimaksud pendapat pertama maka rumah tersebut sampai sekarang masih ada, yaitu rumah di Syeib Amir Makkah yang sekarang menjadi perpustakaan Mamlukah Su’udiyyah, namun apabila yang dimaksud rumah Nabi pada pendapat kedua, saat ini tidak dapat dilacak keberadaanya.
3. al-Shuffah
Pada saat Nabi hijrah dari Makkah ke Madinah yang pertama kali beliau bangun ádalah Masjid. Di dalam masjid –masjid yang beliau dirikan terdapat ruangan khusus diperuntukan untuk pendidikan disamping juga untuk menampung sahabat yang tidak mamapu. Ruangan tersebut dikenal dengan al-Shuffah. M.Azami menerangkan al-Shuffah merupakan perguruan tinggi Islam pertama. Fakta ini merupakan sesuatu hal yang tidak berlebihan karena Rasulullah SAW sendiri sebagai guru besarnya. Dibandingkan pada saat di Makkah atau Dar al-Arqom, pendidikan di al-Shuffah relatif terorganisir dengan baik karena di Madinah Nabi Muhammad disamping mengemban misi profetik juga sebagai pimpinan politik.
Tenaga pengajar al-Shuffah disamping Nabi SAW juga para sahabat senior. Begitu pentingnya peran al-Shaffah karena meskipun gratis tapi melahirkan alumni yang mumpuni dalam baca tulis al-Qur’an. Para sahabat yang mengajar diantaranya Ubadah bin Shamit, Abdullah bin Said, Ubay bin Kaab. Jumlah mahasiswanya tergantung situasi, menurut Ibnu Taymiyah 400 orang sedangkan Qatadah menyebutkan 900 orang salah satu diantaranya Abu Hurairah.

4. Dar al-Qurra
Selain al-Shaffah di Madinah juga terdapat lembaga pendidikan yang bertempat di rumah Makhramah bin Nufal. Dar al-Qurra bermakna rumah para pembaca al-Qur’an. Di dalamnya diajarkan baca, tulis dan menghafal al-Qur’an. Al-Qur;an merupakan sumber motivasi,inspirasi serta ilmu dari segala ilmu.

5. Kuttab
Di Madinah juga terdapat lembaga pendidikan yang disebut Kuttab alumninya yaitu Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Tsabit yang pada saat itu masih kanak-kanak. Kutab berarti tempat belajar, biasanya kuttab tempat belajar bagi anak-anak. Penamaan kuttab ini untuk membedakan dengan al-Shuffah yang dikhususkan bagi orang dewasa sedangkan Kuttab bagi kanak-kanak semacam pendidikan bagi tingkat dasar.

6. Masjid.
Masjid pada awal Islam disamping untuk sholat juga digunakan untuk belajar. Pada masa Rasulullah hidup di Madinah terdapat sembilan buah masjid.

7 Rumah para sahabat.
Rumah para sahabat dimanfaatkan juga untuk sarana belajar dan mengajar meskipun secara temporer. Biasanya ketika Nabi kedatangan tamu dari luar Madinah. Para tamu tersebut menginap di rumah sahabat, selagi menginap Rasullullah memberikan pengajaran kepada para tamunya di rumah sahabat.
Metode pendidikan yang dilakukan Nabi terdapat sahabat setidaknya meliputi : metode graduasi ( al-Tadarruj ), levelisasi ( Mura’at al-Mustawayat ), Variasi ( al-Tanwi’ wa al-Taghyir ), keteladanan ( al-Uswah wa al-Qudwah ) aplikatif ( al-Tatb iqi wa al-Amali ),mengulang-ulang ( al-Takrir wa al-Muraja’ah ) evaluasi ( al-Taqyim ),dialog ( al-Hiwar ),analogi ( al-Qiyas )dan metode cerita atau kisah ( al-Qishshah ).
Metode graduasi merupakan metode penahapan yang merupakan metode al-Qur’an dalm membina masyarakat baik untuk menghapuskan tradisi jahiliyah atau yang lain.begitupun dalam menanamkan akidah al-Qur’an menggunakan metode graduasi atau penahapan ( secara bertahap ). Metode levelisasi merupakan salah satu metode yang mengklasifikasikan peserta didik ataupun mad’du sesuai dengan kemampuan, serta daya nalar yang dimiliki. Mengajari orang badui berbeda dengan mengajarkan kepada orang kota yang panda’i. Nabi SAW berbicara sesuai dengan tingkat kecerdasan dan budaya obyeknya. Metode variasi dilakukan bukan hanya mengajar saja tetapi juga mengenai waktu belajar.Metode keteladanan merupakan metode yang pokok dilakukan Nabi SAW berkat keteladanan beliau ajaran Islam diterima oleh setiap kalangan di seluruh dunia sebagai rahmatan lil alamain. Metode aplikatif juga dilakukan Nabi dalam mengajarkan al-Qur’an terhadap para sahabatnya. Untuk mementapkan ajaranya kepada sahabat Rasul selalu mengulang-ulang menggunakan metode takrir wa muraja’ah. Kepada sahabat Nabi selalu memantau dan mengevaluasi baik dalam hal ilmu maupun kehidupan.
Metode selanjutnya adalah dialog. Dalam mengajarkan ilmu seringkali melakukan dialog dengan sahabatnya. Banyak sekali ungkapan ungkapan Nabi dimulai dengan perumpamaan atau qiyas disamping itu Rasulullah juga mengajar dengan mengungkapakan kisah-kisah terutama yang termaktub dalam al-Qur’an.

C. Pendekatan Penawaran ( ’Ardh )

Makkah merupakan pusat ziarah sejak zaman Nabi Ibrahim hingga sekarang. Baik pada masa pra Islam maupun sesudahnya. Salah satu pendekatan dakwah Nabi adalah menawarkan agama Islam kepada kabilah-kabilah yang menziarahi Ka’bah. Meskipun tidak ada seorangpun yang mengikuti dakwah Nabi akibat teror dari kafir Quraisy. Nabi tetap menjalankan tugas dakwah itu setiapmusim haji dari tahun keempat sampai tahun kesepuluh dari keNabian beliau. Baru pada tahun kesebelas kabilah Khajraj dari Yatsrib menyatakan memeluk Islam berlanjut kepada baiat Aqobah pertama dan kedua. Masuk Islamnya kabilah dari Yatsrib merupakan wasilah hijrahnya Nabi ke Yatsrib atau kemudian lebih dikenal Madinah.

D. Pendekatan Misi ( Bi’tsah )

Pendekatan misi adalah pengiriman da’i ke daerah yang jauh dari tempat tinggal Nabi untuk mengajarkan agama Islam. Pendekatan dakwah ini merupakan bagian dari pendekatan pendidikan namun dalam hal ini axis mundis ( titik tekan ) nya pada pendelegasian atau pengiriman para da’i oelh Nabi. Pendekatan misi yang dilakukan Nabi diantaranya; Misi dakwah ke Yatsrib, Nejed, Khaibar, Yaman, Najran dan Makkah.
Sesudah baiat Aqobah pertama, orang Yatsrib meminta kepada Nabi untuk dikirim orang yang mengajarakan Islam di Yatsrib. Nabi SAW mengutus Mush’ab bin Umair ke Yatsrib. Peristiwa ini terjadi sebelum Nabi hijrah. Pada bulan safar 4 H Nabi kedatangan tamu dari Nejed. Ia diajak Nabi masuk Islam tapi tidak mau hanya meminta untuk dikirim da’i untuk mengajarkan Islam di Nejed. Nabi mengirimkan 70 orang sahabat ahli Qur’an ke Nejed dipimpin Mundzir nin Amr.
Misi dakwah ke Khaibar yang dihuni orang Yahudi bersamaan dengan perang Khaibar yang di awali oleh penghianatan orang Yahudi terhadap Nabi. Sahabat yang ditugasi Nabi untuk mmengislamkan Khaibar dipimpin Ali bin Abi Thalib. Sahabat Nabi yang ditugaskan berdakwah ke Yaman diantaranya Abu Musa al-Asyari, Muadz bin Jabal, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid dan al-Barra bin Azib. Pada tahun 10 H Khalid bin Walid ditugaskan Nabi ke Najran tepatnya kabilah Bani al-Harts. Semua warga kabilah ini kemudian memeluk Islam dan Khalid bin Walid tinggal di Najran untuk beberapa waktu untuk mengajarkan agama Islam. Sebelum Fathul Makkah 8 H. Makkah dikuasai oleh orang kafir Quraisy. Ketika Nabi kembali ke Madinah setetelah pembebasan Makkah, Nabi mengutus Muadz bin Jabal untuk mengajarkan al-qur’an pada orang Makkah dan mengangkat Attab bin Usaid sebagai walikota Makkah.

E. Pendekatan korespondensi ( Mukatabah )

Pendekatan korespondensi merupakan salah satu dakwah yang dilkukan Nabi SAW. Dakwah melalui korespondensi ini dilakukan Nabi SAW pada tahun ke 7 hijriyah terhadap bangsa – bangsa non Arab, sebelumnya selama 16 tahun Nabi SAW berdakwah hanya kepada masyarakat arab tepatnya 10 tahun di Makkah dan 6 tahun di Madinah. Fakta ini menunjukan bahwa Islam adalah agama universal. Melalui surat dakwah islam disebarkan Nabi ke Eropa ( Romawi ), Persia, dan Afrika ( Abbesenia ).
Muhammad bin Sa’ad ( W 230 H ) menulis kitab al-Tabaqat al-Kubra untuk menulis satu persatu surat Nabi SAW lengkap dengan sanadnya. Surat-surat tersebut berjumlah 105 buah. Surat-surat Nabi SAW dikirimkan terhadap al-Najasyi ( raja Habsyah ). Surat ini dibawa oleh Amr bin Umayyah al-Dhamri, ia adalah orang pertama yang dipercaya Rasulullah menyampaikan surat kepada raja-raja dan kepala negara. Surat dakwah Nabi juga dikirimkan terhadap kaisar Romawi Heraclius. Surat ini dibawa oleh Dhiyah bin Khalifah al-Kalbi.
Surat Dakwah Rasul dikirimkan juga kepada Kisra atau Khoesroes gelar raja-raja Persia. Yang mendapat surat Nabi adalah Aparwiz bin Hormuz bin Anursiwan. Surat dakwah yang lain diberikan Rasul kepada al-Mauqauqis atau al-Muqauqas gelar raja-raja Iskandariyah ( Mesir ). Raja yang menerima surat Nabi adalah Juraij bin Mina, sedangkan yang menyampaikannya adalah Hatib bin Abu Balta’ah. Surat dakwah juga dirimkan kepada raja Balqa ( wilayah Romawi Timur ) bernama al-Harits al-Ghassani, Hauzah bin Ali al-Hanafi penguasa Yamamah ( tokoh Musyrikin Arab ) suratnya dibawa oleh Salit bin Amr al-Amiri. Dari keenam surat yang dikirim Nabi tak satupun penerima surat memeluk agama Islam kecuali Najasyi yang masih kontroversi. Namun demikian bukan berarti dakwah tidak berhasil karena pada perkembangan selanjutnya daerah daerah tersebut merupakan pusat peradaban Islam. Seperti Iran dan Mesir.
Surat dakwah Nabi secara garis besar berisi :
1. Surat-surat yang berisi seruan untuk masuk Islam.
2. Surat-surat yang berisi aturan ajaran Islam seperti zakat dan sebagainya.
3. Surat-surat yang berisi kewajiban bagi non muslim seperti jizyah.
Sebagai surat dakwah Rasulullah selalu mengawalinya dengan Basmallah.Disamping itu surat dakwah juga merupakan surat resmi kepala negara karena setiap surat dicap dengan stempel berbahan perak dengan tulisan Muhammad Rasul Allah. Dengan demikin surat-surat yang dikirimkan Nabi Saw mengemban amanat profetik dan politik.

F. Pendekatan diskusi ( Mujadalah )

Pendekatan mujadalah mengandung arti dialogis. Mujadalah bukanlah pembicaraan yang monolog dan monoton. Di dalam al-Qur’an kata mujadalah diulang 29 kali. Diskusi atau mujadalah juga merupakan pendekatan dakwah yang persuasif. Mengingat tidak setiap mad’u begitu saja menerima ajakan dakwah tetapi perlu adu argumen untuk meyakinkan kebenaran ajaran Islam. Dakwah pendekatan diskusi ini menuntut da’i untuk profesional dan mampu mengaplikasikan ilmu logika serta menguasai pengetahuan yang mendalam terutama topik yang didiskusikan. Mujadalah juga dimaksudkan agar orang yang sebelumnya menantang ia akan menerima sekaligus mendukung penuh pengertian. Pendekatan diskusi yang dilakukan Rasulullah merupakan implementasi Q.S al-Nahl : 125.
Artinya : ”serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” ( Q.S. a-Nahl : 125 ).
Diskusi atau mujadalah yang diperintahkan Allah SWT kepada kaum muslimin adalah jadal yang baik. Jadal yang baik adalah jadal yang tidak mengandung unsur penganiayaan karena adanya pemaksaan kehendak ( pendapat ) dan tidak ada unsur-unsur yang merendahkan lawan dialog. Hal ini penting karena watak manusia memiliki ego tersendiri. Seseorang tidak mudah melepaskan pendapatnya sendiri, kecuali kritik terhadap pendapatnya dilakukan secara halus sehingga yang bersangkutan tidak merasa pendapatnya dipinggirkan.
Dari pendekatan pendekatan dakwah yang dilakukan Nabi SAW yang paling efektif adalah pendekatan pendidikan ( ta’lim ) dan pendekatan misi ( bi’tsah ). Ketika Rasulullah SAW wafat beliau meninggalkan setidaknya 114.000 orang sahabat. Mereka secara umum pernah mendapat pendidikan dari Nabi SAW. Sementara pendekatan misi dilakukan Nabi pertama kali mengutus Mush’ab bin Umair ke Yatsrib sebelum Rasul hijrah pasca Baiat Aqobah. Selama setahun ia berhasil mengislamkan 63 orang dengan kata lain 12 orang tiap bulan, suatu jumlah yang signifikan pada saat itu. Pendekatan –pendekatan personal ( sirri ), penawaran ( ’ardh ), diskusi ( mujadalah ) dan korespondensi ( mukatabah ) tidak ditemukan indikatornya yang yang signifikan.

BAB III
PENUTUP


Dari pembahasan pendekatan dakwah Rasulullah dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. at-Tariqotu ahammu min maddah, teknik, cara, metode serta pendekatan lebih
penting dari materi dakwah itu sendiri.

2. Pendekatan dakwah Rasul terdiri dari pendekatan personal( Manhaj al-Sirri ),
pendidikan ( Manhaj al-Ta’lim ), penawaran ( Manhaj al-Ardh ), misi ( Manhaj
al-Bi’tsah ), korespondensi ( Manhaj al-Mukatabah ) serta pendekatan diskusi
(Manhaj al-Mujadalah ).

3. Pendekatan pendidikan dan misi dianggap paling efektif dilakukan oleh Nabi.
Indikator dari keberhasilan dakwah melalui pendidikan dan misi adalah banyak
nya jumlah sahabat dan pemeluk islam sebagai hasil dari pendidikan dan pengi
riman dai.



DAFTAR PUSTAKA





Al-Qur’an al-Karim Departemen Agama , 2000
Ahmad Subandi
Imu Dakwah : Pengantar kearah Metodologi, ( Bandung : Syahida ,1994 ) cet.ke-1.
A. Ismail Ilyas
Paradigma Dakwah Sayyid Quthub,( Jakarta : Penamadani,2006 ) cet.ke1.
Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Syafei Metode Pengembangan Dakwah,( Bandung : Pustaka setia,2002 ) cet.ke-1.
Ali Mustafa Yaqub Sejarah dan Metode Dakwah Nabi ( Jakarta : Pustaka Firdaus,2000 ) cet.ke-2.
Awaludin Pimay Metodologi Dakwah, ( Semarang : RaSAIL,2007 ) cet.ke-1 hlm.xiii
B.J Boland The Strunggle of Islam in Modern Indonesia, ( The Hague Martinus Nijhoff, 1971 )
Ibnu Sa’ad al-Thabaqot al-Kubra,( Beirut : Dar al-Fikr, 1980 ).
Ismail Razi al-Faruqi dan Lois Lamya al-Faruqi The Cultural Atlas of Islam, ( New York : Macmillan Publishing Company, 1986 ) .
Muhammad Ajjaj al-Khatib
Ushul al-Hadits ( Beirut : Dar al-Fikr, 1981
Muhammad said Ramadhan al-Buthi, Fiqh Sirah ( Beirut : Dar al-Fikr,1980 ).
.Thomas.W. Arnold The Preaching of Islam, A History of Propagation of The Moslem Faith, ( Delhi : Low Price Publication, 1995 ) cet.ke-2.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar